Skandal Joki UTBK di USU: Uang Rp 10 Juta Jadi Imbalan

Skandal Joki UTBK di USU – Universitas Sumatera Utara (USU), salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia, kembali menjadi sorotan. Bukan karena prestasi akademik, melainkan karena skandal kotor yang mencoreng dunia pendidikan: praktik joki UTBK. Di balik suasana tenang ruang ujian, terselubung bisnis gelap yang menjanjikan keuntungan besar bagi para pelakunya. Mirisnya, uang senilai Rp 10 juta di tawarkan kepada joki sebagai “bonus” bila peserta yang mereka bantu di nyatakan lolos masuk USU.

Fenomena ini bukan sekadar kabar burung. Investigasi dan laporan dari pihak berwenang mengungkapkan bahwa sistem ini sudah berlangsung cukup sistematis, bahkan menyerupai jaringan slot server thailand. Joki tak hanya berasal dari luar kampus, tetapi juga melibatkan oknum internal yang memiliki akses dan pemahaman soal teknis ujian.

Teknik Licik: Dari Pemalsuan Identitas Hingga Teknologi Canggih

Para joki ini tidak bekerja secara amatir. Identitas peserta asli di palsukan, wajah di samakan menggunakan teknologi deepfake atau penyamaran digital, dan bahkan ada yang menyusup langsung dengan identitas palsu. Mereka mempelajari pola soal UTBK, membawa alat bantu komunikasi canggih, dan menyusun strategi layaknya pasukan perang.

Lebih mencengangkan lagi, sistem pembayaran di lakukan secara bertahap. Uang muka di berikan sebelum ujian, dan sisanya — termasuk bonus Rp 10 juta — hanya cair jika peserta berhasil lolos seleksi. Dengan kata lain, kelulusan di jadikan komoditas. Moral pendidikan digadaikan demi uang.

Orang Tua dan Calon Mahasiswa Ikut Terlibat

Fenomena ini tak akan berjalan tanpa permintaan pasar. Banyak orang tua, demi gengsi sosial atau keputusasaan anak yang tidak percaya diri, memilih jalan pintas ini. Mereka rela mengeluarkan uang belasan juta rupiah, percaya bahwa hasil bisa di beli. Padahal, yang mereka lakukan adalah membunuh integritas anak mereka sendiri sejak awal.

Sementara itu, calon mahasiswa yang menggunakan jasa joki tak lain adalah mereka yang takut gagal bersaing secara jujur slot bonus new member 100. Mereka memilih cara kotor untuk bisa menyandang status mahasiswa perguruan tinggi negeri, meski tidak memiliki kapasitas intelektual yang memadai.

Pendidikan Di jadikan Lelucon

Skandal ini memperlihatkan betapa lemahnya sistem seleksi pendidikan tinggi di Indonesia dalam menghadapi tipu daya teknologi dan mental koruptif masyarakatnya. Jika joki bisa lolos, lalu apa jaminan kualitas mahasiswa yang diterima? Apa jaminan bahwa mereka pantas menyandang nama besar universitas?

Masyarakat harus sadar: ini bukan sekadar soal satu kasus, tapi cermin dari rusaknya moral kolektif dalam mengejar gelar. Jika praktik ini dibiarkan, maka universitas bukan lagi tempat mencetak intelektual, melainkan pasar gelap prestasi palsu. Sudah saatnya pendidikan kita dibersihkan dari praktik menjijikkan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *